Iklan

Mengharukan!! Kisah Ayah yang 'Dipinjami' Anak 863 Hari oleh Allah

Sekrip Kita - Semua ujian itu ada pemicunya, yakni Allah ingin menguji sejauh mana kita sebagai hamba patuh dan ridha dengan kehidupan.

Kesempatan ini cerita cobaan dari seseorang ayah yang perlu kehilangan anak. Cerita ini jadi viral didunia maya. Bayangkan, anak yang kita sayangi ditemukan menderita penyakit kronis dan pada akhirnya meninggal dunia.


Kesabaran dan sikap positif yang di bangun oleh sang ayah dalam cerita ini, Abdul Muhaimin, memberikan pelajaran bahwa Allah tidak akan menguji manusia diluar kemampuannya.

Melihat anak kecil ini yang selalu terbaring dengan letih dan lesu adalah waktu yang menyedihkan untuk seseorang ibu dan ayah. Terlebih, anak kecil ini memiliki penyakit yang belum ditemukan obatnya.

Meskipun demikian, sebagai hamba Allah di muka bumi ini, kadang-kadang kita tak mengerti bahwa Allah yaitu sebaik-baik Pencipta dan Perancang. 'Akur' dengan ketentuan-Nya, ridha dengan ketetapan-Nya, dan sadar dengan kebesaran-Nya, tersebut jalan yang perlu di ambil saat di beri ujian oleh Allah.

Baca juga : Pasangan Suami Istri Ditemukan Tewas Berpelukan, Isi Surat Wasiatnya Mengharukan

Di bawah ini cerita Abdul Muhaimin ketika harus memperjuangkan hidup anaknya, Zarifa, yang menderita penyakit kritis yang belum ada obatnya. Cerita kebersamaan Muhaimin serta Zarifa ini sudah ditulis dalam bentuk buku berjudul 28 Hari di Ruang ICU :

Saya sudah menulis banyak cerita dalam halaman Facebook tentang perjuangan Zarifa selama 863 hari bernafas di muka bumi indah punya Allah ini. Banyak kisahnya, suka dan duka yang sebenarnya memberi warna hidup saya, isteri dan keluarga.

Cerita ini berawal pada 7 Februari 2013, yakni detik kelahiran Zarifa hingga ada di ruang ICU selama 28 hari selepas itu.

Apakah yang akan Anda lakukan seumpamanya anak Anda divonis menderita sakit yang kronis atau mempunyai sindrom abnormalitas seperti Sindrom Edward, Sindrom Down, dan penyakit yang lain. Semuanya tak inginkan hal semacam itu berlaku. Tetapi, seumpamanya hal semacam itu betul-betul berlaku pada kita, langkah apa yang perlu di ambil?

Demikian halnya kami yang pada awalnya mengalami sindrom penafian (tidak ingin terima kenyataan). Tetapi detik getir 28 hari di ICU sebenarnya banyak merubah hidup kami. Zarifa cuma 28 hari di ruang ICU, tetapi persoalan yang menghantui kami saat itu adalah apa selanjutnya?

Baca juga : Pengorbanan Seorang Ibu Untuk Anak Yang Sangat Mengharukan

Allah Menoktahkan Takdir Lain...

Sungguh, kami pada awalnya bingung, resah, tidak paham apa yang perlu di buat. Ketidaktentuan itu begitu menyiksa.

Subhanallah. Pada akhirnya sedikit untuk sedikit Allah buka jalan untuk kami. Allah bukakan hati kami untuk bersedia membawa Zarifa pulang ke rumah. Itulah detik utama yang memacu kami melanjutkan perjuangan hidup Zarifa.

Ada dirumah, sedikit untuk sedikit Zarifa menunjukkan perubahan yang baik. Kasih sayang kami padanya tak pernah berubah, malah semakin tambah hari untuk hari. Menjaga bayi serapuh Zarifa di umur awal tidaklah mudah. Setiap langkah yang disusun harus pikirkan Zarifa. Anak kami sering keluar masuk rumah sakit.

Meskipun demam, batuk, selsema jadi permasalahan biasa untuk bayi namun bila terjadi pada Zarifa kesannya yaitu buruk. Tetapi benarlah Allah yang selalu permudahkan masalah hambanya. Semuanya masalah keluar masuk rumah sakit dipermudahkan Allah.

Saat ada bersama Zarifa yaitu bebrapa waktu yang selalu kami nantikan. Therapy Alquran selalu kami kerjakan dan ini juga adalah sumber kekuatan kami bertemu dengan ujian ini. Dua kali Idul Fitri kami sambut bersama dengan Zarifa - itulah detik kemenangan yang paling berarti dalam kehidupan kami.

Meskipun Zarifa sering sakit, tetapi Allah menganugerahkan juga detik-detik dimana Zarifa tersenyum senang, saat dia tertawa riang, dan tunjukkan reaksi yang lucu.

Tetapi, Allah menoktahkan takdir lain. Masa 863 hari yang dipinjamkan pada kami untuk bersama Zarifa sudah tiba waktunya untuk berakhir. Berawal dengan demam, batuk dan selsema sampai pneumonia dan sebagainya gagal jantung, detik akhir tanggal 19 Juni 2015 itu menjadi waktu yang paling kami ingat sepanjang hayat.

Baca juga : Cerita Mengharukan Warga Bukit Duri, Tempati Rusun Merasa 'Dimanusiakan'
Menjaga Zarifa nyaris 3 minggu di 2 rumah sakit yang berbeda sambil isteri yang menjaga adik Zarifa, dan anak-anak lain dirumah yaitu pengalaman yang mendalam.

Detik-detik akhir bersama Zarifa - melihat raut wajahnya yang keletihan, tubuhnya yang kurus, jantung yang membengkak, bacaan oksigen yang turun-naik, minum obat setiap waktu - hati mana yg tidak gelisah, jiwa mana yg tidak menangis. (Dream. co. id)

Artikel Terkait: